Rabu, November 12, 2008

Belajar terus sepanjang hayat menuju kesempurnaan


Jakarta, 13 November 2008
Merupakan deskripsi pribadi penulis.

Tulisan kali ini adalah satu pelajaran yang saya peroleh di Jakarta yang bersumber dari orang-orang yang akan ikut bangga dengan keberhasilan kita apabila dapat menjadi "orang besar".

Dunia konsultan adalah dunia yang penuh dengan tantangan. Kecenderungan yang sudah terjun ke dunia ini maka sepanjang waktu yang dia punya akan tersedot dan habis di dunia ini. Keluarga, Sosial dan Lain-lain bisa tidak sempat kita nikmati secara wajar. Namun itulah dunia konsultasi, memang memerlukan pengorbanan orang-orang yang berada di dalamnya untuk fokus terkait keahliannya...

Satu hal yang perlu di perhatikan, konsultan dalam (Indonesia) sebagaian besar belum memiliki mental yang kuat seperti Konsultan Asing. Buktinya: Pertama, jarang berani keluar kandang untuk melihat masalah dari sisi yang berbeda dengan cara meninggalkan kemapanan. Apabila harus tinggal berlama-lama di suatu wilayah maka masih harus berfikir 100 X untuk memutuskannya. Kedua, pingin hasil (output) yang besar tetapi dengan tidak memprioritas waktu dan pikiran secara full terhadap pekerjaannya. Ketiga, Tidak berani mengambil sikap bebas. Artinya masih ingin aman dengan cara menjadi pegawai di suatu lembaga yang mungkin tidak merasa nyaman berada di sana.

Nah pertanyaannya bagaimana kita mensikapi hal tersebut???

Solusi... pertama, untuk menjadi konsultan dengan penghargaan yang setara dengan konsultan asing diperlukan pengorbanan awal, semisal mau bekerja di negara asing meskipun dengan HR yang awalnya hanya rata-rata. Kedua, Mau lepas dari belenggu kemapanan, yaitu tidak terikat gaji tetap tetapi lebih memilih kebebsan untuk dapat mengembangkan diri... dengan asumsi ketika sudah berkembang baik tentu saja dari sisi materi tidak usah di tanya akan ikut dengan sendirinya.., Ketiga, Buat jaringan yang semakin luas dengan cara bekerja dengan semaksimal untuk lembaga yang mengontrak kita dengan baik dan tinggalkan pengalaman yang baik..

Nah sahabat... bagaimana dengan anda, siapkah anda memulai menjadi yang terbaik...?
Selamat belajar dan berjuang ....


Sepenggal cerita ini semoga dapat menjadi bahan introspeksi bagi kita untuk menjadi lebih baik dengan cara belajar terus sepanjang hayat menuju kesempurnaan..

Wassalam

Ki Hariyadi
(Statistisi & Peneliti Kesehatan Masyarakat)

Rabu, September 24, 2008

Manual Variabel Data Base Susenas 2001


Secara terperinci setiap data susenas bersumber BPS memiliki 2 kelompok data yaitu data KOR dan MODUL. Ketersediaan variabel di setiap kelompok data dapat di informasikan menjadi sebuah tulisan yang dapat membantu pengguna data. Setiap tahun data susenas memiliki kecenderungan yang sama terhadap variabel yang di teliti, sehingga baik apabila perincian variabel dapat di tulis menjadi materi sederhana yang bertujuan untuk mempermudah pengguna data.


Isi Database Pertanyaan Individu Susenas (KOR)

(nama File kor01ind.dta)

Susenas 2001

  1. Kode Wilayah (k1r1-k1r8)
  2. Keterangan Individu (k4r7-k4r17)
  3. Keterangan Pedidikan (umur > 5 Thn) (k5r1-k5r10)
  4. Keterangan ART yang bekerja

(1) Jumlah Jam kerja, (2) Lapangan Pekerjaan, (3) Jenis Pekerjaan, (4) Status dalam pekerjaan , (5) Pendapatan, (6) Upah berupa Uang dan Barang (k5r11-k5r16)

  1. Keterangan Kesehatan (Semua Umur)

(1) Keluhan 1 bln terakhir, (2) Berobat Sendiri, (3) Berobat Jalan, (4) Berobat Rawat Inap (Kemana, Biaya, Sumber Biaya, Kepuasan), (5) Konsultasi (k5r16-k5r27)

  1. Kesehatan Balita meliputi (1) Umur, (2) Penolong persalinan, (3) Kunjungan ke posyandu, (4) pelayanan terakhir yang di peroleh, (5) Pemberian Asi. (k7r28-k7r32)
  2. Kesehatan Bayi meliputi (1) pemberian Asi 24 Jam terakhir, (2) Pemberian makanan tambahan (k7r33-k7r34)
  3. Kebiasaan Merokok (>= 10 Thn ) (k7r35-k7r38)

Isi Database Pertanyaan Rumah Tangga Susenas (KOR)

(nama File kor01rmh.dta)

Susenas 2001

1. Kode Wilayah (k1r1-k1r8)

2. Perumahan dan Pemukiman

- Penguasaan Tempat Tinggal (k6r1-k6r5)

- Kondisi Fisik Bangunan (k6r6- k6r11)

3. Pengeluaran Rumah Tangga

- Pengeluaran Pangan (k7r1-k7r16)

- Pengeluaran Non Pangan (k7r17-k7r28)

Ki Hariyadi

Praktisi Statistik dan Pengguna Data Susenas sejak 1999

Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan (PMPK)

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Email: kihariyadi@yahoo.com

Manual Variabel Data Base Susenas 2001


Secara terperinci setiap data susenas bersumber BPS memiliki 2 kelompok data yaitu data KOR dan MODUL. Ketersediaan variabel di setiap kelompok data dapat di informasikan menjadi sebuah tulisan yang dapat membantu pengguna data. Setiap tahun data susenas memiliki kecenderungan yang sama terhadap variabel yang di teliti, sehingga baik apabila perincian variabel dapat di tulis menjadi materi sederhana yang bertujuan untuk mempermudah pengguna data.


Isi Database Pertanyaan Individu Susenas (KOR)

(nama File kor01ind.dta)

Susenas 2001

  1. Kode Wilayah (k1r1-k1r8)
  2. Keterangan Individu (k4r7-k4r17)
  3. Keterangan Pedidikan (umur > 5 Thn) (k5r1-k5r10)
  4. Keterangan ART yang bekerja

(1) Jumlah Jam kerja, (2) Lapangan Pekerjaan, (3) Jenis Pekerjaan, (4) Status dalam pekerjaan , (5) Pendapatan, (6) Upah berupa Uang dan Barang (k5r11-k5r16)

  1. Keterangan Kesehatan (Semua Umur)

(1) Keluhan 1 bln terakhir, (2) Berobat Sendiri, (3) Berobat Jalan, (4) Berobat Rawat Inap (Kemana, Biaya, Sumber Biaya, Kepuasan), (5) Konsultasi (k5r16-k5r27)

  1. Kesehatan Balita meliputi (1) Umur, (2) Penolong persalinan, (3) Kunjungan ke posyandu, (4) pelayanan terakhir yang di peroleh, (5) Pemberian Asi. (k7r28-k7r32)
  2. Kesehatan Bayi meliputi (1) pemberian Asi 24 Jam terakhir, (2) Pemberian makanan tambahan (k7r33-k7r34)
  3. Kebiasaan Merokok (>= 10 Thn ) (k7r35-k7r38)

Isi Database Pertanyaan Rumah Tangga Susenas (KOR)

(nama File kor01rmh.dta)

Susenas 2001

1. Kode Wilayah (k1r1-k1r8)

2. Perumahan dan Pemukiman

- Penguasaan Tempat Tinggal (k6r1-k6r5)

- Kondisi Fisik Bangunan (k6r6- k6r11)

3. Pengeluaran Rumah Tangga

- Pengeluaran Pangan (k7r1-k7r16)

- Pengeluaran Non Pangan (k7r17-k7r28)

Ki Hariyadi

Rabu, Agustus 27, 2008

Mengenal Epi Info 2000

Epi Info 2000 atau Epi Info Versi 3.2.2

Epi Info (TM) merupakan program Data Base dan Statistik yang disiapkan untuk profesional di Bidang Kesehatan masyarakat. Program ini dapat digunakan untuk keperluan (1) investigasi dalam memecahkan permasalahan, (2) manajemen data surveilans atau hal lain di bidang Kesehatan Masyarakat, (3) manajemen data secara umum dan (4) aplikasi statistik.

Epi Info(TM) adalah program untuk publik dan disediakan secara bebas untuk dipakai, dicopy, diterjemahkan dan didistribusikan. “Epi Info” adalah merek dari the Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Program Epi Info adalah program yang dibuat berbasis grafis. Basis sistem operasi Windows. Kemampuan visual yang dimiliki membuat pemakainya lebih cepat belajar menggunakan fasilitas yang ada di dalam program ini (misal Manajemen Data, Komputasi dan Pengolahan Data). Epi Info terbaru adalah versi 3.3.2. yang dirilis Februari, 2005

Demikian tulisan pertama mengenai Epi Info.. tunggu lanjutannya
Salam

Senin, Juni 02, 2008

Metode Quantum Teaching

Cerahkan Dunia Pendidikan Dengan Metode Quantum Teaching

Oleh: Rasyid Ridho


Seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan juga memerlukan berbagai inovasi. Hal itu penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan, tidak hanya pada tataran teori tapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang bersifat fraksis.

Diakui atau tidak (meski masih belum ada penelitian konkret), banyak yang merasa sistem pendidikan terutama proses belajar mengajar, membosankan. Dalam sebuah situs di Internet ditulis, fakta yang terjadi akhir-akhir ini ada banyak keluhan murid tentang pendidikan. Di antaranya, murid menganggap pendidikan saat ini kurang memberikan kebebasan berpikir, banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan bukan keterampilan, dan banyak mengajarkan logika tanpa melibatkan emosi.

Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut denganQuantum Teaching, dikembangkan oleh seorang guru dalam pembelajaran. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.

Pada perkembangan selanjutnya, Bobbi de Porter (penulis buku Best SellerQuantum Learning dan Quantum Teaching), murid Lozanov, dan Mike Hernacki, mantan guru dan penulis, mengembangkan konsep Lozanov menjadi Quantum Learning. Metode belajar ini diadopsi dari beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.

Konsep itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de Porter. Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80 persen, nilai belajar 73 persen, dan memperbesar keyakinan diri 81 persen.

Sekolah yang didirikan de Porter itu, menjadi pusat percontohan tempat metode Quantum dipraktikkan. Remaja, karyawan, eksekutif perusahaan, menjadi murid di sekolah ini. Tujuannya satu: menjadi manusia baru. Pada akhirnya Quantum Learning itu kembali disempurnakan menjadi Quantum Teaching. Itulah sebabnya Jack Canfielf, penulis buku Chicken Soup of the Soul mengatakan, metode ini akan mengobarkan kembali api yang ada di dalam diri Anda.

Quantum Teaching bahkan menggugat cara mengajar yang selama ini dilakukan secara ‘turun temurun’.

Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:

E = mc2

E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)

M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)

c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)

Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik.

Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

Bila metode ini diterapkan, maka guru akan lebih mencintai dan lebih berhasil dalam memberikan materi serta lebih dicintai anak didik karena guru mengoptimalkan berbagai metode.

Apalagi dalam Quantum Teaching ada istilah ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarlah dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajara dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.

Selain itu, ada beberapa prinsip Quantum Teaching, yaitu:

  1. Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar.
  2. Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
  3. Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep.
  4. Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.
  5. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.

Lebih jauh, dunia pendidikan akan semakin maju ke depannya. Sebab, Quantum Teaching akan membantu siswa dalam menumbuhkan minat siswa untuk terus belajar dengan semangat. Apalagi Quantum Teaching juga sangat menekankan pada pentingnya bahasa tubuh. Seperti tersenyum, bahu tegak, kepala ke atas, mengadakan kontak mata dengan siswa dan lain-lain. Humor yang bertujuan agar KBM tidak membosankan.

Guru juga perlu memiliki Emotional Intelligence, yaitu kemampuan kita untuk matang mengelola emosi.

Alumnus Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari,
tinggal di Banjarmasin
e-mail:
rasyid_ridho12@yahoo.com

Kolinieritas

Kolinieritas.

Oleh : Ki Hariyadi

Profesi : Praktisi Statistik

Pengantar

Penggunaan beberapa variabel independen secara bersamaan ke dalam persamaan regresi, ada kemungkinan terjadi hubungan yang berkaitan erat satu sama lain antar variabel. Hubungan yang ”terlalu besar” antara variabel bebas mungkin terjadi. Kondisi ini yang dinamakan kolinieritas.


Definisi

Keadaan dimana variabel-2 independen dalam persamaan regresi memiliki hubungan kuat satu sama lain.


Masalah-masalah yang ditimbulkan :

  1. Koefisien regresi yang bertanda positif dalam regresi sederhana bisa berubah menjadi negatif dalam regresi berganda atau sebaliknya.
  2. Fluktuasi nilai estimasi koefisien regresi sangat besar.
  3. Jika variabel-2 independen terkorelasi satu sama lain, maka variabel-2 tersebut menelaskan varians yang sama dalam mengestimasi variabel dependen. Penambahan variabel independen tidak berpengaruh apa-apa.

Langkah-langkah mendeteksi

  1. Lakukan korelasi bivariate antara variabel-variabel yang ada (Korelasi Pearson untuk data kuantitatif : Skala interval dan Skala rasio; Korelasi Spearman untuk data Kategorikal : Skala nominal dan skala ordinal)
  2. Lakukan pendeteksian hubungan bivariate dari variabel-2 independen terhadap variabel dependen (perhatikan arah hubungan yang terjadi)
  3. Lakukan pemodelan dengan regresi berdasar besarnya nilai korelasi bivariate (Metode Maju/Forward). Perhatikan estimasi koefisien yang terjadi.
  4. Analisis dari korelasi bivariate dan estimasi koefisien regresi apakah ada koefisien yang berubah (dari positif menjadi negatif, atau sebaliknya : berarti telah terjadi kolinieritas), terjadi perubahan (fluktuasi) koefisien determinasi dll.

Referensi

Lincolin Arsyad, Peramalan Bisnis (Edisi Pertama), BPFE Yogyakarta, 1999.

Raymond H. Myers, Classical and Modern Regression With Applications, PWS-Kent Publishing company-Boston, 1989

Rabu, Februari 20, 2008

Beberapa Dasar Kemampuan Membayar Masyarakat

Kemampuan Membayar Masyarakat (ATP /Ability to Pay)

Menurut Mukti (2001) dapat menyimpulkan bahwa untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat dapat dilihat dari dari sisi pengeluaran untuk keperluan yang bersifat tersier seperti: pengeluaran rekreasi, sumbangan kegiatan sosial, dan biaya rokok.
Kemampuan masyarakat membayar biaya pelayanan kesehatan dapat dilihat dari pengeluaran tersier non pangan (Gani dkk, 1997). Susilowati dkk. (2001) berpendapat bahwa, kemampuan membayar biaya pelayanan kesehatan dapat diukur dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi kebutuhan di luar kebutuhan dasar. Dalam hal ini antara lain minuman/makanan jadi, minuman beralkohol, tembakau/rokok atau sirih, serta pengeluaran pesta yang diukur setahun. Kemampuan untuk membayar berhubungan dengan tingkat pendapatan dan biaya jasa pelayanan lain yang dibutuhkan masyarakat untuk hidup.


Mendukung formula diatas batasan ATP yang di pakai oleh negara -negara di dunia yang sudah menjadi rekomendasi WHO yang di sampaikan oleh Xu, et. al (2005) adalah 5% dari kapasitas membayar rumah tangga atau dalam rumus

ATP = 5% X CTP;

CTP = Kapasitas Membayar, yang di peroleh dari pengeluaran non pangan di tambah dengan pengeluaran pangan non esensial.


Formula ini merupakan formula yang di rekomendasikan sebagai batasan kemampuan membayar rumah tangga. Kapasitas membayar rumah tangga atau Disposible Income merupakan sebuah nilai yang dapat dipakai sebagai dasar untuk melihat kemampuan membayar masyarakat.
Batasan ini dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi dari suatu negara.

Minggu, Februari 17, 2008

Isi Data Susenas 1999 dan 2001

Hai Pecinta Data Sekunder

Info berikut ini memperkenalkan isi dari Susenas untuk periode 1999 dan 2001 yangdidapatkan dari panduan Susenas BPS. Semoga memberikan informasi mengenai isi data di tahun tersebut.

SUSENAS 1999 vs 2001

1999

2001

Nama Bagian

Kor

Modul

Kor

Modul

Identifikasi

I

I

I

I

Karakteristik Rumah Tangga

II

II

II

II

Karakteristik Enumerasi

III

III

III

III

Karakteristik Anggota Rumah Tangga

IV

N.A

IV

IV

Pengeluaran Rumah Tangga

IX

IV

VII

VII

Kesehatan Individu dan Tingkat

V

N.A

V

V

Keterangan Kesehatan

N.A

N.A

VC*

VC

Pendapatan

N.A

V

V

V

Aktivitas Anggota RT berusia ≥ 10 thn

VI

N.A

V

V

Keluarga Berencana

VII

N.A

VC*

VC

Perumahan dan Pemukiman

VIII

N.A

VI*

VI

Stok untuk Hidup

X

N.A

N.A

N.A

Stok Beras (Pangan)

N.A

N.A

N.A

VIII

Na: Tidak tersedia

Sumber : BPS, 2001


Salam

Sabtu, Februari 16, 2008

Bahan Dasar Keadilan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia


Keadilan Pembiayaan Kesehatan


Keadilan pembiayaan kesehatan adalah salah satu bagian dari 3 tujuan pokok dari sistem kesehatan yaitu pelayanan kesehatan yang baik, cepat tanggap, dan adil dalam kontribusi pembiayaan (Xu et al., 2005).
Keadilan dalam kontribusi pembiayaan dan perlindungan terhadap risiko keuangan berdasarkan asumsi bahwa sebaiknya rumah tangga dapat membayar bagiannya secara adil. Hal itu tergantung pada perkiraan atau asumsi normatif masyarakat dan bagaimana sistem kesehatan dapat membiayai.
Penelitian Equitap oleh Doorslaer et al. (2005) memberikan suatu konsep keadilan dalam pembayaran pelayanan kesehatan yaitu rumah tangga sebaiknya tidak membelanjakan lebih dari batas tertentu atas pendapatannya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan selama periode tertentu.
Pengeluaran yang melebihi batas tersebut akan menyebabkan terganggunya rumah tangga.


Disetiap negara, keadilan kontribusi pembiayaan mencakup dua aspek penting yaitu pengumpulan risiko (risk pooling) diantara mereka yang sehat atau yang sakit dan pembagian risiko (risk sharing) antar kemakmuran atau tingkat pendapatan. Penggabungan risiko merupakan dasar pemikiran kontribusi pembiayaan kesehatan untuk perawatan ketika sakit. Jadi setiap orang yang sakit tidak ditimpa beban ganda karena sakit dan ongkos perawatan. Pembiayaan adil jika rasio antara kontribusi total kesehatan dan pengeluaran total bukan makanan adalah sama untuk semua rumah tangga (Xu et al., 2005).

Wagstaff dan Doorslaer (1999; 2002) menghubungan pengaruh total dari distribusi pembiayaan dalam pendistribusian pendapatan dengan konsep keadilan vertikal dan keadilan horisontal. Dikatakan adil secara vertikal apabila secara luas setiap kelompok mampu/kaya membayar lebih dalam sistem kesehatan dibandingkan kelompok tidak mampu/miskin. Adil secara horisontal apabila secara luas masing-masing keluarga yang memiliki pendapatan sama akan membayar sama di dalam sistem kesehatan.


Pertanyaan yang muncul apakah di Indonesia sudah terwujud keadilan pembiayaan ini???


Free Web Counters
DSL ISP Service